Senin, 04 Februari 2013

Sampah Ibukota Jakarta

Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi magnet bagi banyak orang mencari pekerjaan dan tempat tinggal. Kondisi ini membuat sampah yang dihasilkan pun kian menumpuk. Bila dikumpulkan selama 2 hari saja, tumpukan sampah di Jakarta bisa menyamai bangunan Candi Borobudur.

"Secara berat, Jakarta tiap hari menghasilkan 6 ribu ton sampah. Kalau dihitung secara volume, 1 hari sekitar 28 ribu m3 (meter kubik). Nah, volumenya Candi Borobudur itu 50 ribu m3. Jadi kalau itu dikumpulkan dalam 2 hari saja bisa jadi bangunan Borobudur," ujar Hendra Aquan, dari komunitas pemerhati lingkungan Transformasi Hijau, saat ditemui disela-sela acara diskusi 'Menjadi Bagian dari Generasi yang Gemar Mengelola Sampah untuk Menjaga Bumi' di GOR Bulungan, Jl Bulungan, Jakarta, Senin (4/2/2013).

Tentu saja itu hanya analogi yang menggambarkan betapa banyaknya sampah yang dihasilkan oleh Kota Jakarta. Belum lagi bila ditambah dengan sampah yang berasal dari kota-kota satelit seperti Tangerang, Bekasi, Depok dan sekitarnya.

Menurut Hendra, Jakarta bisa dikatakan sebagai salah satu kota dengan produksi sampah paling banyak di Indonesia. Alasan pertama, banyaknya orang yang tinggal atau kerja di Jakarta membuat tingkat ekonomi Kota Jakarta semakin tinggi. Tingkat ekonomi yang tinggi tentu berhubungan dengan tingkat konsumsi yang tinggi, yang pada akhirnya akan menghasilkan lebih banyak sampah.

Kedua, semakin tinggi kesejahteraan suatu masyarakat, maka gaya hidup akan semakin ingin praktis dan instan, serta konsumtif.

"Mau makan belanja (makan makanan instan), otomatis sampah yang dihasilkan semakin banyak. Dan kalau misalkan gaya hidup seperti ini tidak diubah, bisa dibayangkan 3 tahun dari sekarang mungkin bisa sampai 30 ribu m3 produksi sampah Jakarta," jelas Hendra.

Menurutnya, dari data Dinas Kebersihan DKI Jakarta, setiap tahun ada sekitar 1000 m3 kenaikan jumlah sampah di Jakarta. Hendra menyebutkan, pada tahun 2006 dan 2007, data dari Dinas Kebersihan menunjukkan volume sampah Jakarta sekitar 27 ribu m3. Namun akhir-akhir ini mencapai 28 ribu m3.

"Secara personal yang bisa kita lakukan adalah melakukan kampanye publik untuk mengurangi penggunaan barang-barang yang susah didaur ulang. Kedua, pemerintah harus mulai berpikir tentang solusi-solusi untuk mengolah sampah," harap Hendra.

Hendra mengatakan, selama ini Jakarta masih mengirimkan sampah ke Bekasi untuk diolah. Di Jakarta sendiri tempat pengolahannya masih sangat minim. Ada beberapa di daerah Cakung untuk pengolahan sampah, tapi sepertinya belum bisa mengatasi jumlah sampah yang ada di Jakarta.

Langkah yang paling sederhana adalah dengan memilah sampah dari sumbernya. Memisahkan antara sampah organik, anorganik dan plastik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar